Sudah lama semenjak menikah aku tak bertemu dengan sahabatku yang ciamik satu ini. Namanya Tika. Mardiah Hasnah Atika.
Mari aku jelaskan betapa sayangnya aku sama makhluk tuhan yang satu ini.
Tika panggilannya, kadang juga di panggil Siti (si tika). Dia orang paling tersabar yang pernah kutemui. Marah pun dia tak pernah terlihat kasar. Entah bagaimana aku harus menjelaskan itu. Entah berapa kali aku menyakiti hatinya, sekali dia marah padaku (kecewa katanya), hancur hati ini berkeping-keping, air mata pun tak bisa kubendung.
Bukan ingin meng-kasihan-i hidupnya, tapi dialah orang yang terlihat baik-baik saja padahal hatinya rapuh dan aku? aku yang sangat kasihan karena tak bisa membantunya lebih. Aku banyak mengerti dan sudah mulai mengurangi keluhanku semenjak kuanggap dia sahabatku.
Beberapa bulan lalu dia dilamar oleh kekasihnya yang sudah bertahun-tahun lamanya pacaran. Walaupun aku kurang 'suka' dengan kekasihnya tapi aku turut bahagia pada akhirnya.
Namun lagi-lagi, hubungan mereka bagaikan tak direstui sang pencipta. Harusnya bulan oktober kemaren mereka menikah, tapi harus diundur karena satu dan banyak hal. See?
Baru lagi kudengar, ibunya, umi panggilan sayangku, sakit sampai masuk ICU waktu itu. Yang mengurus cuma dia karena dia anak umi yang dimedan bersama adiknya. Hancur hatiku ini tak tau apa-apa tentang sahabatku. Sudah berbulan - bulan berlalu baru aku tau.
Lagi-lagi yang bisa kulakukan adalah menghiburnya. Membuatnya lupa sesaat akan masalahnya. Walaupun aku tau saat dia kembali kerumah dan menyendiri, ingatan itu pasti balik lagi. Sedih itu pasti ada lagi.